Jumat, 10 Desember 2010

KERETA MIMPI (CERPEN KARANGAN SENDIRI LOH :P)


Kereta Mimpi

Hendra berjalan di lorong panjang. Puluhan atau mungkin ratusan manusia lalu lalang sore itu. Jam besar di sudut loket menunjukkan pukul enam sore lebih dua puluh menit. Hendra baru saja membeli tiket jurusan Jakarta. Memang sudah cukup lama ia bekerja di Depok, setiap hari harus melalui perjalanan pulang pergi dengan kereta. Terlebih sesak padat penumpang itu semakin membuat penat jiwa dan raga. Namun entah mengapa, hari ini stasiun Depok agak lengang. Tak perlu waktu lama berdesak-desakan seperti biasa, Hendra sudah dapat memasuki gerbong kereta dan duduk di kursi dekat pintu. AC di gerbong itu memang menyala, tapi mungkin karena telah lama termakan usia atau mungkin juga karena penuhnya penumpang gerbong, udara tetap terasa pengap dan keringat yang keluar tak kunjung kering.

Tak terasa sudah 10 menit berlalu, Hendra memang suka terdiam seperti orang tidur di perjalanan pulang. Menutup mata sambil mengingat-ingat masa lalunya. Masa ketika ia masih duduk di bangku SMP. Perjalanan cinta monyetnya di SMA, sampai ke masalah perceraian kedua orang tuanya sejak ia masih kecil. Kereta itu perlahan menurunkan kecepatannya, sampai akhirnya berhenti di sebuah stasiun. Itu bukanlah Stasiun Kota, tempat tujuan Hendra. Masih 3 kali pemberhentian lagi untuk sampai. Sedikit pun Hendra tidak terusik dengan bising penumpang lalu lalang turun dari gerbong, matanya tetap tertutup dan pikirannya melayang entah kemana. Mungkin sepertiga isi kereta turun di stasiun ini. Hanya ada 1 orang yang masuk ke gerbong itu, anak laki-laki kecil dengan pakaian lusuh. Ia tanpa pikir panjang langsung menduduki kursi di sebelah Hendra. Senggolan anak itu membuyarkan ketenangan Hendra. Sekejap ia membuka mata lalu melihat ke arah anak kecil itu.

“Halo Kakak!” sapa anak itu ramah. Hendra terbengong untuk sesaat. Dalam hatinya ia berpikir, siapa anak ini sebenarnya. Ia seperti seorang pengemis, bajunya kotor dan dekil, bahkan ia tidak memakai alas kaki. Mungkin ia baru berumur 8 tahun, tapi ia nampaknya anak yang baik dan sopan. Lagipula jarang sekali ada yang menyapa Hendra di kereta. Rata-rata orang sibuk dengan urusannya sendiri. Namun ada sesuatu yang berbeda dari anak ini yang Hendra tak tahu itu apa.

“Halo adik kecil. Siapa namamu?” tanya Hendra pada anak itu.
“Namaku Bima, Kak. Kakak siapa?” tanya anak itu lagi.
“Oh Bima. Kakak ini namanya Hendra. Salam kenal ya. Kamu mau kemana malam-malam begini?” ucap Hendra sembari tersenyum.

Percakapan itu terus berlanjut. Dua orang yang baru saling kenal itu terlihat lumayan akrab. Anak itu tidak canggung sedikit pun, padahal lawan bicaranya berbeda usia jauh dengannya. Beberapa kali bertanya jawab, kemudian sesekali tawa menghiasi wajah dua orang itu. Tak lama kereta itu kembali berhenti. Bima pamit, ia ingin turun. Entah apa alasannya, ia tidak memberitahu Hendra. Ia hanya bilang ia harus segera turun. Kereta kembali kehilangan setengah lebih penumpangnya, dan lagi-lagi hanya 1 orang yang masuk ke gerbong itu. Perempuan berbaju biru dan celana panjang hitam lalu duduk di sebelah Hendra.

“Hendra, masih inget aku?” tanya perempuan itu ramah.
Hendra langsung menengok dan alangkah kagetnya ia.
“Tina?!! Ya ampun, ga nyangka bisa ketemu di sini. Apa kabar kamu?” kalimat itu dengan lancer keluar begitu saja dari mulut Hendra. Berbunga-bunga, mungkin itu kata yang tepat untuk menggambarkan perasaan Hendra sekarang. Jelas saja, Tina ini adalah perempuan yang ia suka sejak SMA. Sosok wanita impian, Tina itu cantik, pintar, dan hatinya baik. Memang perasaan itu hanya Hendra pendam sejak dahulu. Ia tidak berani mengutarakan isi hatinya, bahkan sampai lulus SMA dan akhirnya putus komunikasi dengan Tina. Bersamaan dengan itu, tiba-tiba perasaan aneh seperti menusuk dadanya. Entah apa pun itu, Hendra yakin kejadian barusan hanya disebabkan oleh emosi bahagia yang terlalu meluap-luap karena bertemu Tina. Perbincangan mereka terus berlanjut, mereka memang lebih banyak bernostalgia kenangan-kenangan semasa SMA. Sampai akhirnya kereta kembali berhenti di sebuah stasiun, dengan berat hati Hendra harus melepas kepergian Tina. Tak lebih dari 10 menit mereka mengobrol, dan Tina harus kembali turun di stasiun itu. Hendra teringat Bima, anak kecil tadi, saat Tina juga tidak menjawab mengapa ia harus buru-buru turun. Tapi apa boleh dibuat, setidaknya Hendra cukup merasa senang, meskipun hanya sebentar mengobrol dengan gadis pujaan hatinya itu.

Hendra kembali menutup mata, enggan melihat lalu lalang orang turun dari kereta. Pikirannya masih tertuju pada Tina. Sungguh menyesal ia lupa menanyakan alamat Tina sekarang, atau bahkan nomor telepon yang bisa ia hubungi. Sebuah senggolan di tangannya kembali membuyarkan lamunan Hendra. Ia 10 kali lebih terkejut sekarang. Yang menyenggol lengannya barusan adalah ibunya, ibu kandungnya. Sudah puluhan tahun mereka tidak bertemu, sejak ibunya bercerai dengan sang ayah. Ketika Hendra masih berumur 12 tahun, ayah dan ibunya bercerai. Saat itu ia belum mengerti masalah sebenarnya, ia hanya tahu ibunya pergi meninggalkan rumah sementara ia harus tetap tinggal bersama ayahnya. Sejak saat itu Hendra tak pernah lagi bertemu dengan ibunya.

“I.. Ibu.. Ibu??? Sedang apa Ibu disini? ” tanya Hendra terbata-bata.
“Tak penting mengapa bisa Ibu ada di sini. Ibu kangen sekali padamu Hendra,” suara ibu paruh baya itu sangat lembut ketika mengucapkan kalimat tersebut.
“Tapi Bu.. Bagaimana bisa? Aku juga kangen sekali pada Ibu. Ibu kelihatannya awet muda sekali. Aku sampai masih mengenali wajah Ibu walaupun sudah puluhan tahun tidak bertemu,” jawab Hendra jujur.
“Oya? Kamu ini bisa saja Hen. Apa kerjamu sekarang?” tanya ibu itu lagi sembari merangkul dan mengelus kepala putra semata wayangnya itu.

Dua insan itu saling melepas rindu. Banyak hal yang mereka bicarakan. Dari masa lalu, masa sekarang, hingga masa depan. Betapa bahagia perasaan Hendra hari ini. Ia bertemu 3 orang di kereta. Bima, anak laki-laki yang ramah. Tina, perempuan cantik pujaan hatinya itu. Dan sekarang, ia berada di rangkulan ibunya yang sudah puluhan tahun tidak ia temui. Lengkap sudah semua perasaan gembiranya.
“Ibu harus turun di stasiun ini, Hen,” kata sang ibu perlahan.
“Kenapa begitu, Bu? Memangnya Ibu mau kemana? Kita turun di Stasiun Kota saja, lalu pulang ke rumah,” tanya Hendra yang sedikit bingung karena keputusan ibunya.
“Tak apa-apa, Nak. Kita hanya berpisah sementara, Ibu janji kita akan bertemu lagi secepatnya,” kata ibu itu sambil melepas rangkulannya pada Hendra. Kemudian ia mencium kening Hendra, lalu bergegas turun bersama penumpang yang lain.

Gerbong itu sepi. Hanya Hendra. Ia sendirian. Rasa takut dan ngeri menghinggapi batinnya. Kebingungan, tak biasanya kereta yang ia naiki sesepi ini. Ia berdiri, berjalan ke depan lalu ke belakang. Tak ada satupun manusia di sana. Ia duduk kembali di pojok kursi, lalu melihat keluar jendela. Stasiun tadi sudah jauh di balakang. Perlahan-lahan hilang tertutup kabut hitam. Ia melihat ke samping bawah, rel kereta itu melayang. Melayang diatas jurang yang sangat dalam, ia sendiri tak tahu apakah jurang itu punya dasar. Sungguh pemandangan yang mengerikan. Kabut hitam di mana-mana. Tapi sekilas ia melihat suatu cahaya, harapan baru. Hendra menengok, silau sekali di depan. Kereta yang ia tumpangi ternyata berjalan menuju sumber cahaya itu. Semakin lama semakin besar dan terang. Sejenak Hendra menutup matanya karena silau, ketika ia kembali membuka matanya, beberapa kejadian dalam hitungan detik terekam otaknya.

Gerbong yang penuh penumpang, keadaan sangat normal. Detik berikutnya hantaman keras yang disusul terombang-ambingnya isi gerbong. Tubuh para penumpang itu terbang dari tempat duduk, kepala Hendra serasa ikut berputar. Ia ingat Bima, anak kecil yang mengajaknya ngobrol. Bima seharusnya sudah meninggal, ia tertabrak truk di jalan siang tadi. Hendra sempat melihat anak itu tergeletak di jalan saat ia melewati jalan raya menuju stasiun.

Di detik yang sama gerbong kereta terbolak-balik beberapa kali, terdengar suara nyaring besi yang saling bergesekan. Hendra ingat Tina, gadis impiannya yang ada di kereta. Tina juga sudah meninggal karena penyakit leukemia 3 tahun lalu. Detik berikutnya adalah rasa sakit di sekujur tubuh, Hendra tak dapat lagi membuka matanya, rasanya sulit sekali. Hendra lalu teringat ibunya, yang juga ia temui di kereta. Setelah bercerai dengan ayahnya, sang ibu dinyatakan hilang saat pesawat yang ia tumpangi jatuh di laut.

Seluruh badannya mati rasa, hatinya pun terasa pilu. Ia tidak dapat merasakan tangan dan kakinya, yang ada adalah sakit dan perih teramat sangat. Dan juga basah, ia yakin itu adalah darah yang membanjiri pakaiannya. Hanya satu hal yang bisa ia ingat sekarang. Satu-satunya hal yang ia yakin dan percaya dapat menolongnya dalam kondisi seperti ini. Ia hanya bisa berpasrah. Dari hati yang terdalam, Hendra memanggil nama-Nya.

review film RAPUNZEL (TANGLED) :)

Rapunzel - Tangled


heii guys, post pertamax gw nih, haha :D
pertama gw bingung mw nge-post apaan, mw nulis about me tapi kegnya udah cukup lengkap di profil gw :P
dan akhirnya gw mikir buat nulis yg rada guna buat kalian smua :)


buat kalian yg lagi dilema mw nonton film apa (berhubung film2 bioskop yang nongol ga berbanding lurus sama isi dompet), jadi gw kasih review film RAPUNZEL (mungkin baru beberapa hari ada di XXI) buat bahan pertimbangan kalian yg lg pd bingung.


RAPUNZEL atau TANGLED ini film animasi Disney (mirip2 sama Princess and The Frog mungkinnn).
film ini ditujukan buat semua umur, terutama buat anak2 dan remaja, so kalian bakal sering nemuin adegan2 dimana tokoh2nya itu nyanyiin lagu-lagu (yg lumayan enak kalo menurut gw, haha)
 langsung ke cerita deh yaaaa,


alkisah ada air tetesan langit jatuh ke bumi (air ajaib gitu), dari air itu tumbuh bunga emas ajaib.
cuma 1 orang yang tau keberadaan bunga itu, penyihir tua jelek keriput bernama Gothel (Donna Murphy). dia gunain bunga itu untuk bikin dia tetep awet muda gituuu dehh..
intinya dia ga mau siapa pun tau ttg bunga itu, makanya dia sembunyiin dari orang2.


tapi namanya juga rencana jahat, pasti gagal juga.
akhirnya bunga itu diketemuin sama pengawal kerajaan (karena saat itu Ratu sedang sekarat, dan semua rakyat kerajaan nya berusaha nyari obat buat sang Ratu).
Ratu yang waktu itu mengandung Rapunzel (Mandy Moore), langsung sembuh begitu minum air dari bunga itu.
Rapunzel pun lahir, rambutnya pirang keemasan (kena efek ajaib dari si bunga emas itu)....


si penyihir Gothel yang tau hal tsb, berniat mengambil rambut si Rapunzel. tapi pas rambut itu di potong, rambutnya langsung berubah warna jadi coklat tua lalu kekuatan ajaibnya langsung hilang.
mau ga mau deh, si Gothel terpaksa nyulik si Rapunzel trus dia besarkan sperti anak sendiri (sebenernya demi kekuatan dr rambut Rapunzel itu, yang kalo misalkan Rapunzel nyanyi, itu rambut jd bercahaya trus pny kekuatan ajaib termasuk bikin Gothel awet muda, ckckck)


dan 18 tahun kemudian... (ceritanya sih itu rambut Rapunzel panjangnya jadi 20 meteran gara2 ga di potong :O)


namanya juga tinggal di menara, ga boleh keluar2 otomatis bikin Rapunzel ini penasaran tentang dunia luar sekitarnya. (sepanjang film sebenernya gw bingung kapan n gimana caranya dia mandi, hahaha)


tiap malam hari ultahnya, Rapunzel selalu liat dari jendela, ada banyak lentera2 yang di terbangin ke langit.
ceritanya sih itu lentera diterbangin tiap ultah Rapunzel, sbagai tanda Raja dan Raju masih mencari putri mereka yang hilang, dan mereka berharap putri mereka itu bakal liat lentera itu entah darimana. (dan bener, si Rapunzel yang geer-an jadi penasaran n' ngerasa hal itu emang khusus buat dia)


dan suatu hari, seorang penjahat bernama Flynn Rider (Zachary Levi) yang mencuri mahkota putri yang hilang, naik ke menara tempat Rapunzel tinggal.
singkat cerita Rapunzel ber-deal dengan Flynn, Flynn harus mengantar Rapunzel menuju tempat lentera berasal, setelah itu barulah Rapunzel mengembalikan mahkota curian tsb padanya.
di tengah perjalanan, Rapunzel dan Flynn mengalami beberapa masalah, dari bertemu dengan para penjahat sampai di kejar2 oleh pegawal istana dan Mother Gothel.
namun pada akhirnya, mereka sampai di istana.
dari tengah danau mereka melihat lentera-lentera di terbangin (disini nih adegan romantisnya plus si Mandy Moore nyanyiin lagu 'when i see the light' yg recommended buat di denger, LOL)


setelah itu si Flynn berhasil di tangkep dan dijebak (dibuat seolah-olah Flynn berlayar meninggalkan Rapunzel)
Rapunzel yang melihat hal itu ya percaya aja, dan akhirnya balik ke menara sama si Mother Gothel.
Flynn yg kemudian dipenjara akhirnya berhasil kabur trus nyusul Rapunzel.


dan di menara inilah terjadi adegan seru yang bisa dibilang menentukan akhir cerita, antara Rapunzel yang uda nyadar kalo ternyata dia putri kerajaan yang hilang, Mother Gothel yang langsung keluar sifat asli jahatnya, sama Flynn yang mau menyelamatkan Rapunzel.


mau tau apa? silakan nonton lgsg aja yaaaaaaa...
bocoran nya; film ini happy ending :P


bagus engganya cerita ini silakan kalian nilai sendiri okeeeehh,
semoga bermanfaat :D